Opini dan kajian lanjutan versi saya tentang LAHIR DAN TUMBUH PESAT NYA HMI DI ITN MALANG ( Kajian suka - suka pekembangan HMI ITN di tahun 1993 hingga 1995 )

Tulisan ini BUKAN lanjutan dari "Tulisan The rise and glory HMI at ITN Malang" yang saat ini sudah terbit dalam tulisan ke-3, Akan tetapi kalau versi khottob ini namanya spin-off atau atau kajian suka - suka dari perkembangan HMI di ITN Malang dari Tahun 1993 hingga 1995.Tulisan ini adalah suplemen atau tambahan bagi 3 seri tulisan tersebut untuk menjelaskan lebih jauh tentang karakter dan kondisi yang terlibat dalam tulisan tersebut tentu nya dalam versi SAYA . Mengapa saya tambahkan ini versi saya, karena tulisan ini jelas merupakan persepsi saya atas karakter dan kondisi yang ada saat itu dan jelas nonsense kalau saya bilang ini obyektif. saya masih manusia yang masih punya ego dan subyektifitas.  Bagi saya siapaun berhak umtuk buat penafsiran atas sejarah karena menurut saya sejarah adalah milik semua orang , seperti kata chottob yang menyadur kata2 nya folcault "history is field of knowledge and everybody has a right to involved in this field".
Fenomena menarik yang akan coba saya kupas jauh lebih dalam "Tulisan The rise and glory HMI at ITN Malang" adalah betapa menakjubkan nya perkembangan HMI di ITN Malang dimana dalam waktu kurang dari tiga tahun telah dapat menancapkan pengaruh nya sangat dalam di konstelasi politik kampus di ITN Malang. Kondisi ekuilibirium kampus ITN yang selama ini telah terjaga oleh keseimbangan lima komunitas kultural di dalamnya dalam waktu kurang dari 3 tahun telah dapat di goyang kan oleh kedatangan organisasi ini. 



Lalu apa yang membedakan HMI di ITN Malang dengan komunitas lain nya di ITN. Kalau ada yang bilang bahwa karena HMI adalah organisasi kelompok cipayung , saya kira tidak , PMII juga organisasi kelompok Cipayung .  Akan tetapi PMII tidak bisa buat ini, terbukti sejak tahun 1995 masuk nya PMII di ITN Malang , organisasi ini hampir bisa dibilang tidak bisa berbuat apa-apa di kancah politik kampus . Ini juga berlaku pada PMKRI yang mencoba masuk ITN di tahun 1994 melalui rintisan salah satu tokoh kampus ITN saat itu Wempy Rambing.PMKRI juga tidak bisa berbuat banyak di politik kampus ITN.   Kalau ada yang bilang berarti pola pengkaderan HMI yang luar biasa , saya juga bilang ini tidak sepenuh nya benar. Pola pengkaderan PMII dan PMKRI memiliki pola yang hampir sama dengan pola pengkaderan HMI. Ada beberapa hal yang membedakan HMI di ITN ini dengan komunitas lain nya. Faktor pembeda yang membuat HMI berkembang sangat pesat ini kalau menurut saya antara lain adalah :

Pertama Peniadaan batasan - batasan kultural ,kedaerahan dan kelas ekonomi

Terbentuk nya Komisariat Nasionas di ITN pada tahun - tahun awal tidak hanya berbentuk lembaga kader akan tetapi berbentuk komunitas yang meniadakan batasan - batasan kultur daerah , perspektif ideologi , dan kelas ekonomi anggota - anggota di dalamnya. Batasan yang jelas hanya "asal" beragama islam sudah cukup untuk bergabung dengan komunitas ini. Mau ente NU , mau ente Muhamadiyah , gak ada yang mempermasalahkan , bahkan mau sholat nya lengkap 5 waktu atau tidak juga bukan jadi issue pembicaraan di komunitas ini. Pada komunitas ini telah membaur kader - kader dengan latar belakang agama yang berbeda - beda  dari Muh . Zainuri yang lulusan pondok tebu ireng, Wahyu dan Aji pamungkas yang jebolan pondok Al - Islam Solo, I Gede Eko Joyo yang berlatarbelakang keluarga hindu yang masuk islam , Mbah Paing yang lebih banyak unsur kejawen nya , Irawan dengan latar belakang keluarga nasional (pecinta bung karno ) , bahkan saya yang jelas adalah penganut sekulerisme, dan tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut . Permasalahan senioritas juga bukan menjadi problem di komunitas ini , hal ini disebabkan selisih angkatan yang tidak begitu jauh antara para founding brothers dengan kader hasil LK I generasi awal. Para founding brothers ini rata - rata berasal dari angkatan 91 dan 92 sementara kader LK I generasi awal rata- rata berasal angkatan 93 dan 92. Hal ini menyebabkan interaksi yang setara antara sesama kader tanpa batasan senioritas yang mengikat. Komunitas semacam ini saat itu tergolong jarang di ITN. Beda dengan komunitas LDI yang saat itu adalah komunitas muslim establish di ITN yang masih memegang teguh hirarki senioritas dan penyeragaman cara pandang pada agama. Komunitas yang terdekat pola nya dengan komunitas HMI ini adalah komunitas Blitz beda nya adalah komunitas ini benar - benar tanpa batasan agama dan memiliki gaya hidup yang berbeda dengan kebanyakan mahasiwa ITN saat itu karena komunitas ini sangat terbatas gerakan nya di dalam kampus ITN dan di dominasi oleh mahasiswa dari Teknik Planologi ( dan saya termasuk salah satu kader di dalam nya hingga terdeteksi sebagai wong sempor pada tahun 1995 ) . Peniadaan batasan di komunitas ini menyebabkan begitu cepat nya proses pembauran antara kader - kader generasi awal hasil LK I dengan founding brothers nya. Hal ini tentunya jelas mempercepat proses ikatan bersama sebagai satu komunitas , satu front dan satu bolo dalam komunitas ini.

Kedua  Karakter ekspansionis HMI

Seperti yang dijelaskan dalam diatas bahwa adalah HMI adalah kumpulan mahasiswa yang "asal" beragama islam untuk berkumpul bersama dan menciptakan wadah untuk mengalami proses kaderisasi bersama dalam frame nilai - nilai NIK atau NDP yang menjadi doktrin dasar dari organisasi ini. Karakter ekspansionis ini lahir dari upaya aktualisasi hasil pengkaderan yang diterima oleh kader di organisasi ini baik melalui latihan kader I hingga III dan juga melalui media upgrading , follow up dan diskusi bersama yang sering dilaksanakan di komisariat. Upaya aktualisasi dalam bentuk ekspansi penguasaan OMIK ini sebenarnya kultur yang telah dikembangkan oleh OMEK - OMEK kelompok Cipayung (termasuk HMI ) sejak dahulu kala. Karakter inilah yang tidak ada dalam OMEK - OMEK yang ada di ITN saat itu. Agresivitas karakter ekspansionis HMI di ITN Malang ini juga di dukung oleh tipikal karakter - karakter personel kader - kader awal komisariat ini. Karakter Rahmawan Aldrin dan arief bachtiar sebagai pioner yang berani mengambil resiko dalam setiap gerak nya di imbangi oleh karakter I gede Eko joyo yang saat ini bisa menjadi penyeimbang dengan kontribusi pertimbangan politis strategis yang menyelamatkan tiap gerakan beresiko yang diambil. Penyeimbangan karakter ini juga di pelajari dan dikembangkan pada generasi berikutnya. Karakter wahyu yang ekspansionis dan taktis didukung oleh pertimbangan analitis-logis  dari irawan harimurti dan dapat di terjemahkan dengan baik oleh Bambang eko dalam gerakan undercover/incognito dalam tiap kantong - kantong komunitas lawan, dan seterus nya.  Perbedaan karakter yang ada dalam komunitas memiliki karakter saling melengkapi satu sama lain dan membentuk suatu sistem kerja yang efektif dalam proses penguasaan kampus di ITN.

Ketiga Efektif nya gerakan  undercover kader HMI dalam politik kampus ITN Malang

Kondisi politik kampus ITN yang berada dalam posisi stagnan, membuat efektif nya gerakan underkover kader HMI didalamnya. Hal ini didukung juga oleh adanya kompetisi tersembunyi yang terjadi antar komunitas yang berafiliasi saat itu. Kondisi ini mneyebabkan kader hmi yang berada dalam tiap kantong - kantong komunitas menjadi selalu berposisi "under the radar" atau tidak terdeteksi. Bahkan pada beberapa komunitas lawan tersebut kader HMI menjadi kader - kader prioritas regenerasi. Rahmawan aldrin yang berasal dari komunitas etnis tertentu, Wahyu dan Bambang yang di proyeksikan menjadi kader regenerasi penerus komuitas Jancok, Kemudian Muh. Zainuri dalam Komunitas LDI , dan begitu juga halnya dengan saya berada dalam HMPL yang notabene merupakan bagian utama dari komunitas BLITZ.
Sebenar nya selain ketiga faktor diatas juga terdapat faktor - faktor lain yang menyebabkan generasi awal HMi di ITN ini bisa dengan cepat eksis di politik kampus ITN Malang . Faktor - faktor lain ini antara adalah : Tidak adanya kepentingan pribadi yang ingin dicapai , Semangat Nothing loose , dan ketiadaanya pihak eksternal yang ingin memanfaatkan komisariat untuk tujuan diluar tujuan komisariat itu sendiri. Akan tetapi karena saya merasa ketiga faktor lain ini sifat nya normatif dan sangatlah wajar apabila ada pada generasi awal, saya tidak merasa perlu untuk menjelaskan lebih lanjut.
Tulisan saya ini dan tulisan sejarah hmi ITN yang sudah mencapai 3 seri itu adalah jejak langkah kaki kita di puluhan tahun yang lalu. Harapan saya sebenarnya segmen utama bagi tulisan - tulisan ini adalah adik - adik yang saat ini masih berada dalam 4 Komisariat di ITN Malang saat ini . Bukan berarti saya ingin memberikan doktrin , karena saya tidak tertarik pada doktrin . Bukan berarti saya ingin menunjukan kehebatan kakak - kakak tua nya dulu , karena menurut saya tanpa ditunjukan mereka juga sudah tahu para kakak tua nya dulu memang hebat - hebat,. TAPI saya ingin memberikan booster kebanggan pada mereka bahwa dulu kita pernah berjaya dan itu bukan HADIAH dari siapapun, bukan juga pemberian dari rektor ITN...SAMA SEKALI BUKAN . Kita bisa melakukan itu karena kita saat itu punya KEBANGGAN KORPS , kita punya bendera HIJAU DAN HITAM  yang ingin kita kibarkan diatas gedung rektorat untuk menunjukan kepada MEREKA .....HMI ADA DI ITN MALANG!!!!!!. Cerita ini  adalah upaya membangkitkan nilai kebanggan ADIK - ADIK KITA pada bendera yang dulu para kakak tua mereka kibarkan dengan kepala mendongak ke atas. Saya sudah menunjukan bagian ontologi ,epistemologi dan aksiologi nya, selanjut nya biar adik - adik kita ini bisa membuat sejarah dengan versi mereka sendiri tanpa adanya campur tangan dari siapapun dan apapun , tanpa ada target kepentingan pribadi dari siapapun dan apapun pula dan semua nya hanya untuk warna hijau dan hitam di ITN.

Komentar